Kisah Teladan
PAHLAWAN BURUK RUPA
B
|
enar-benar
pemuda itu bertampang buruk. Kulitnya berwarna gelap, dan hidungnya melebar ke
samping. Matanya juga agak juling. Ia sangat sedih mempunyai penampilan sejelek
itu. Ibadahnya amat rajin, tetapi dapatkah dengan wajahnya yang buruk itu ia
masuk surga kelak?
Pada
suatu hari kebimbangan itu disampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW. Seraya
menangis sedih, pemuda itu berkata, : Apakah saya dengan tampang sejelek ini
boleh masuk syurga?”.
Nabi menjawab
dengan penuh kasih sayang, “Sudah tentu tidak ada yang melarang dan tidak ada
halangan bagimu, asalkan ibadatmu tekun dengan ikhlas. Lantaran dihadapan
Tuhan, semua manusia sederajat. Yang paling mulia adalah yang paling taqwa
kepada-Nya.”
Dalam seketika,
wajah pemuda itu berubah menjadi cerah. Lalu ia mengadu lagi, “Wahai,
Rosulullah. Saya telah jatuh hati kepada seorang gadis cantik putri salah
seorang sahabat Anshar. Pinanglah gadis itu untuk saya.”
Nabi tertegun.
Namun, dengan bijak ia berkata, “Begini saja caranya. Kau datangilah orang tua
gadis itu mewakili saya dalam rangka meminang putrinya untukmu. Setuju?.
Pemuda itu
mengangguk. Buru-buru ia menghadap ayah gadis yang didambakannya itu. Dengan
polos ia berkata, : Maaf, Tuan, saya diutus Rasulullah untuk melamar putri
tuan.”
Sahabat itu
sangat gembira. “Rasulullah menyuruh melamar putriku? Sungguh hal itu merupakan
kehormatan bagi seluruh keluargaku. Katakan kepada Rosulullah, kuterima
pinangannya.”
“Maksud
Rasulullah ia melamar putri Tuan untuk menjadi isteri saya,” jawab pemuda itu
membetulkan maksudnya.
Tiba-tiba ayah
gadis tersebut marah bukan kepalang, sebab merasa dipermainkan oleh pemuda itu.
“Tak tahu
diuntung. Tampang buruk ini berani-beraninya melamar putriku.”. Maka pemuda itu
serasa diusir keluar dari rumah itu mendengar perkataan ayah gadis itu. Ia
lekas-lekas mohon diri dan berlari penuh dengan perasaan duka berjuta
kekecewaan menghuni perasaannya. Rupanya putri sahabat Anshar tersebut sempat
mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan si pemuda tadi. Putri itu kemudian menegur,
“Mengapa ayah menampik lamaran Rosululah?”.
“Engkau dipinang
untuk menjadi isteri pemuda yang berwajah buruk tadi anakku,” sanggah sang ayah
membela diri.
“Bagaimanapun
yang melamar adalah Rasulullah, walaupun saya untuk dijadikan isteri siapapun.
Dan saya menyukai pemuda itu, ayah. Saya bersedia menjadi isterinya.”
Ayah si gadis
menyesal dan malu bukan main. Betapa piciknya pikiranku, gumam orang tua itu.
Mengapa aku berani menolak permintaan Rasulullah? Maka ia buru-buru menghadap
Rasulullah yang kala itu tengah berusaha meredakan kesedihan dan kekecewaan
pemuda bertampang buruk itu. Rasulullah menyambut kedatangan orang tua itu
seraya bertanya, “Bagaimana keputusanmu sekarang?”
Seolah telah
ditebak maksud kehadirannya, orang tua itu menjawab, “saya terima anak muda ini
sebagai calon menantu saya, tapi dengan syarat, mas kawinnya nanti 700 dirham.”
Sesudah ayah si
gadis itu pulang, pemuda itu malah kebingungan, bukannya gembira atau bersuka
cita.
“Kenapa engkau
malah bermuram durja sesudah kau dengar sendiri lamaranmu diterima?”
“Saya pemuda
miskin, dari mana saya memperoleh 700 dirham untuk mas kawin?”
Rasulullah
tersenyum. “Dasar Nasib.” Kemudian ia bersabda, “Datangilah tiga orang
sahabatku, Abu bakar, Utsman, dan Abdurrahman bin Auf. Katakan engkau
membutuhkan mas kawin, dan aku yang menyuruhmu.”
Dengan patuh
pemuda itu melakukan apa yang diperintahkan Nabi SAW. Alhamdulillah, dari
ketiga sahabat tersebut ia memperoleh 900 dirham, lebih 200 dari yang
diperlukannya. Ia pun segera berbelanja untuk keperluan perkawinannya. Tetapi
baru saja barang-barang yang dibelinya diserahkan ke rumah sang gadis
idamannya, terdengar seruan di jalan kota-kota Madinah. “Al Jihad, Al Jihad.
Perang Suci. Perang Suci,” Yakni pengumaman untuk menjadi prajurit sukarela dalam
rangka menghadapi serbuan musuh menuju Bukit Uhud.
Pemuda itu urung
menyimpan uang yang 700 dirham. Sebab ia menghabiskannya guna membeli seekor
kuda dan senjata. Kemudian ia melompat ke punggung kudanya dan bertolak
menyusul tentara yang sudah berada dalam perjalanan menuju medan pertempuran.
Pada akhir pertempuran yang dahsyat itu, pemuda berwajah buruk tersebut
meninggal terbunuh oleh senjata musuh. Namanya harum, dan langit bagaikan
bertabur bunga menyambut arwahnya. Pemuda tersebut mati syahid dijalan Allah. Dan sejarah mencatatnya
sebagai pahlawan.
Ikhwan
(dari Arroisi)
No comments:
Post a Comment