Thursday, November 8, 2012

Kisah Teladan


 Kisah Teladan

 PAHLAWAN BURUK RUPA


B
enar-benar pemuda itu bertampang buruk. Kulitnya berwarna gelap, dan hidungnya melebar ke samping. Matanya juga agak juling. Ia sangat sedih mempunyai penampilan sejelek itu. Ibadahnya amat rajin, tetapi dapatkah dengan wajahnya yang buruk itu ia masuk surga kelak?
Pada suatu hari kebimbangan itu disampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW. Seraya menangis sedih, pemuda itu berkata, : Apakah saya dengan tampang sejelek ini boleh masuk syurga?”.
Nabi menjawab dengan penuh kasih sayang, “Sudah tentu tidak ada yang melarang dan tidak ada halangan bagimu, asalkan ibadatmu tekun dengan ikhlas. Lantaran dihadapan Tuhan, semua manusia sederajat. Yang paling mulia adalah yang paling taqwa kepada-Nya.”
Dalam seketika, wajah pemuda itu berubah menjadi cerah. Lalu ia mengadu lagi, “Wahai, Rosulullah. Saya telah jatuh hati kepada seorang gadis cantik putri salah seorang sahabat Anshar. Pinanglah gadis itu untuk saya.”
Nabi tertegun. Namun, dengan bijak ia berkata, “Begini saja caranya. Kau datangilah orang tua gadis itu mewakili saya dalam rangka meminang putrinya untukmu. Setuju?.
Pemuda itu mengangguk. Buru-buru ia menghadap ayah gadis yang didambakannya itu. Dengan polos ia berkata, : Maaf, Tuan, saya diutus Rasulullah untuk melamar putri tuan.”
Sahabat itu sangat gembira. “Rasulullah menyuruh melamar putriku? Sungguh hal itu merupakan kehormatan bagi seluruh keluargaku. Katakan kepada Rosulullah, kuterima pinangannya.”
“Maksud Rasulullah ia melamar putri Tuan untuk menjadi isteri saya,” jawab pemuda itu membetulkan maksudnya.
Tiba-tiba ayah gadis tersebut marah bukan kepalang, sebab merasa dipermainkan oleh pemuda itu.
“Tak tahu diuntung. Tampang buruk ini berani-beraninya melamar putriku.”. Maka pemuda itu serasa diusir keluar dari rumah itu mendengar perkataan ayah gadis itu. Ia lekas-lekas mohon diri dan berlari penuh dengan perasaan duka berjuta kekecewaan menghuni perasaannya. Rupanya putri sahabat Anshar tersebut sempat mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan si pemuda tadi. Putri itu kemudian menegur, “Mengapa ayah menampik lamaran Rosululah?”.
“Engkau dipinang untuk menjadi isteri pemuda yang berwajah buruk tadi anakku,” sanggah sang ayah membela diri.
“Bagaimanapun yang melamar adalah Rasulullah, walaupun saya untuk dijadikan isteri siapapun. Dan saya menyukai pemuda itu, ayah. Saya bersedia menjadi isterinya.”
Ayah si gadis menyesal dan malu bukan main. Betapa piciknya pikiranku, gumam orang tua itu. Mengapa aku berani menolak permintaan Rasulullah? Maka ia buru-buru menghadap Rasulullah yang kala itu tengah berusaha meredakan kesedihan dan kekecewaan pemuda bertampang buruk itu. Rasulullah menyambut kedatangan orang tua itu seraya bertanya, “Bagaimana keputusanmu sekarang?”
Seolah telah ditebak maksud kehadirannya, orang tua itu menjawab, “saya terima anak muda ini sebagai calon menantu saya, tapi dengan syarat, mas kawinnya nanti 700 dirham.”
Sesudah ayah si gadis itu pulang, pemuda itu malah kebingungan, bukannya gembira atau bersuka cita.
“Kenapa engkau malah bermuram durja sesudah kau dengar sendiri lamaranmu diterima?”
“Saya pemuda miskin, dari mana saya memperoleh 700 dirham untuk mas kawin?”
Rasulullah tersenyum. “Dasar Nasib.” Kemudian ia bersabda, “Datangilah tiga orang sahabatku, Abu bakar, Utsman, dan Abdurrahman bin Auf. Katakan engkau membutuhkan mas kawin, dan aku yang menyuruhmu.”
Dengan patuh pemuda itu melakukan apa yang diperintahkan Nabi SAW. Alhamdulillah, dari ketiga sahabat tersebut ia memperoleh 900 dirham, lebih 200 dari yang diperlukannya. Ia pun segera berbelanja untuk keperluan perkawinannya. Tetapi baru saja barang-barang yang dibelinya diserahkan ke rumah sang gadis idamannya, terdengar seruan di jalan kota-kota Madinah. “Al Jihad, Al Jihad. Perang Suci. Perang Suci,” Yakni pengumaman untuk menjadi prajurit sukarela dalam rangka menghadapi serbuan musuh menuju Bukit Uhud.
Pemuda itu urung menyimpan uang yang 700 dirham. Sebab ia menghabiskannya guna membeli seekor kuda dan senjata. Kemudian ia melompat ke punggung kudanya dan bertolak menyusul tentara yang sudah berada dalam perjalanan menuju medan pertempuran. Pada akhir pertempuran yang dahsyat itu, pemuda berwajah buruk tersebut meninggal terbunuh oleh senjata musuh. Namanya harum, dan langit bagaikan bertabur bunga menyambut arwahnya. Pemuda tersebut mati  syahid dijalan Allah. Dan sejarah mencatatnya sebagai pahlawan.

Ikhwan (dari Arroisi) 

No comments:

Post a Comment